Berbeda (cerpen series)



Note: Pemeran utama menggunakan sudut pandang laki-laki. cerita lebih panjang dari cerpen sebelumnya

            Sinar matahari pagi mengintip dari celah tirai yang belum sepenuhnya terbuka, segera kuambil laptop dan duduk di sofa dekat jendela, aku membuka file yang sudah sangat lama tak pernah kubuka, seketika semua bongkahan kenangan kembali menyeruak, mataku tak lepas menatap senyumu yang terpampang di layar laptop, kembali lagi kulihat foto selanjutnya yang memperlihatkan diriku dengan wanita berambut panjang sedikit bergelombang dengan mata besar - cantik - itu yang selalu orang katakan setiap melihat wajahmu. Aku memutar balik memoriku, dimana saat itulah pertemuan terakhir kita, sebelum kau mengejar impianmu ke negeri paman sam.

            “kita akhiri sampai sini saja” itu yang kau katakan tepat saat aku baru saja menghentikan mobilku di depan rumahmu. Aku diam, sepenuhnya mengerti apa yang kau katakan, kau menatapku lekat sambil berkata “aku tidak bisa seperti ini, aku tidak tau kapan akan kembali ke Indonesia dan kau tau kita sama-sama tidak menyukai hal yang tidak pasti. Dan…” kau sempat ragu melanjutkan ucapanmu “dan kau dan aku sama-sama tau kita berbeda, kau dan aku takkan pernah bisa ada di akhir yang sama.” lanjutmu, aku tetap diam, kulihat  air yang mulai menggenang di matamu, air itu mulai menuruni pipimu, segera kuulurkan tanganku untuk menghapusnya, kutatap lekat matamu lalu perlahan kuanggukan kepalaku tanpa mengucapkan sepatah katapun, banyak yang ingin kutanyakan, tapi apapun pertanyaanku jawabanmu akan tetap sama “maaf dan terimakasih untuk semuanya” itu yang kau ucapkan sebelum keluar dari mobilku dan memasuki rumahmu.

            Sebulan sejak malam itu kita tak pernah saling bertemu maupun saling menghubungi, sampai tiba saat dimana pesawatmu akan berangkat, aku memberanikan diri untuk menghampirimu, terlihat kilatan kaget dimatamu, aku tersenyum dan berkata “mulai sekarang mari sama-sama mengejar kebahagiaan kita, walaupun di jalan yang terpisah, dan dengan cara yang berbeda” kau tersenyum dan kembali kulihat butiran airmata keluar dari mata indahmu, kali ini aku tidak mengusap air matamu seperti yang biasa kulakukan, kukeluarkan sapu tangan dari kantongku dan kuberikan kepadamu “mulai saat ini bukan aku lagi yang akan mengusap airmatamu, semoga kau menemukan orang yang akan menggantikan tugasku itu, dan berhentilah menjadi cengeng” kau menerima sapu tangan itu lalu tersenyum, kau usap airmatamu lalu berkata “tidak ada satupun orang di dunia ini yang bisa digantikan, sama halnya denganmu, kau tau kita berpisah bukan karna rasa cinta yang hilang, melainkan karna ini jalan terbaik yang kita pilih. sungguh sampai detik inipun perasaanku gak sedikitpun berubah” kuangkat tanganku dan kuacak rambutmu. Detik berikutnya terdengan pengumuman yang mengatakan pesawat tujuan amerika akan segera berangkat, kau menatapku lalu berkata “sehabis ini kita tak akan lost contact kan?” kau metapku dengan penuh harap. “tentu saja, kenapa kau bertanya hal semacam itu? Kau lupa kita hidup di jaman modern?” ucapku sedikit bercanda, kau tertawa. Aku lanjut berkata “so, bye? Oh no, I mean see you?” kau memukul pundaku dan berkata “of course see you!” kau bergegas mengangkat kopermu dan bersiap pergi, “berbahagialah” itu kata yang terakhir kau ucapkan, lalu kau berbalik dan pergi, kau berjalan tanpa sedetikpun menoleh kebelakang

            Laptopku berbunyi, menandakan email yang baru saja masuk, membuyarkan semua memori yang sedang kuputar ulang, aku melihat namamu terpampang di email tersebut, segera kubuka email tersebut, kulihat sebuah undangan pernikahan digital yang bertuliskan namamu dengan nama lain. Terdapat beberapa foto pra wedding di undangan tersebut. Perlu beberapa menit untukku mencerna apa yang sedang kulihat, kau tetap seperti 4 tahun yang lalu, bahkan lebih cantik, yang berubah hanyalah kini kepalamu ditutup oleh kain yang menutupi seluruh rambutmu dan lehermu, di sebelahmu berdiri seorang lelaki tampan yang aku yakin merupakan calon pendamping hidupmu. Dibawah undangan itu kau menulis email “Sempatkanlah datang ke pernikahanku, aku ingin mengenalkanmu dengan lelaki yang sudah berhasil membuatku yakin akan menghabiskan seluruh hidupku dengannya. Aku pikir disini aku akan mendapatkan orang amerika, tetapi ternayata tetap saja seleraku made in indonesia haha. Hei kau bagaimana denganmu? aku sudah menemukan kebahagiaanku, aku tau kebahagian yang kuperoleh sekarang tidak lepas dari doa yang kau berikan untukku, dan aku takkan pernah berhenti mengucapkan terimakasih karna kau pernah menjadi bagian dari hidupku, menjadi proses pendewasaan dalam hidupku, mengajarkanku arti melepaskan dengan ikhlas. Kau masih ingat janji kita kan? Bahwa kita akan bahagia walaupun di jalan yang terpisah dan dengan cara yang berbeda. Aku tau kau tidak akan pernah mengingkari janji. Aku akan tetap berdoa untuk kebahagianmu”

kembali kutatap fotomu, aku selalu ingat dari dulu kau ingin mengenakan kerudung, syukurlah kini kau sudah bisa merealisasikannya. Kugerakan jari-jariku diatas keyboard menulis balasan untukmu “untuk saat ini aku tidak bisa mengatakan akan datang atau tidak ke pernikahanmu, tapi tentu saja akan kuusahakan. Aku disini baik-baik saja, walaupun sempat terkena serangan jantung ketika melihat undanganmu yang mendadak ini haha. Hei tentu saja aku akan menepati janjiku, kau berhentilah memikirkan kebahagiaanku, jalani hidupmu dengan baik, itu sudah merupakan kebahagiaan untuku.” Ku klik tombol send. Kubuka kembali folder yang berisikan kumpulan foto masa lalu, ku klik folder tersebut dan kutekan tombol delete, aku tau melakukan hal itu bukan berarti bisa melupakanmu begitu saja, tapi kupikir kenangan itu cukup tersimpan di dalam memori saja. Kumatikan laptopku lalu bergegas ke suatu ruangan, ruangan yang selalu kugunakan untuk menceritakan segala kisah hidupku kepada tuhan, di ruangan tersebut terdapat salib besar yang menggantung di dinding, aku bersimpuh, saling mengaitkan jari-jemariku lalu mulai berdoa. Ya kita memang berbeda, dan takkan pernah bisa berada dalam suatu akhir yang sama.

Komentar

  1. Cerpennya bagus Sis, suka cara penulisannya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer