String Attached (part 1)
Selalu menjadi hal yang unik ketika memikirkan seseorang yang dulu mungkin hanya pernah tidak sengaja saling melihat disuatu cafe, saling berselisih di jalan, ataupun pernah sekedar menawarkan tempat duduk yang kosong kini bisa menjadi seseorang yang sangat penting ataupun berpengaruh bagi hidup kita. Siapa yang akan tau? takdir selalu punya cara kerja tersendiri yang tidak akan bisa terpikirkan oleh nalar manusia ataupun diduga oleh keterbatasan logika manusia.
(Sudut pandang si perempuan)
Samar-samar masih bisa kuingat saat pertama kali aku melihatnya di jalan ini, tepatnya senin pagi disaat kebanyakan orang enggan untuk bangkit dari tempat tidurnya dan akan mengeluh tentang rutinitas yang harus kembali mereka kerjakan, bahkan tak jarang dari mereka mengatakan "i hate monday" konyol, bagaimana bisa orang-orang tersebut bangun di pagi hari dengan menggerutu mengatakan dia benci senin sedangkan justru setiap harinya adalah hal yang patut disyukuri, masih bisa menghirup udara pagi, masih bisa melihat segala hal di dunia, masih diberi kesempatan memperbaiki kesalahan lampau, dan diberi kesempatan untuk mengubah masa depan.
Pagi itu aku menunggu bus di halte yang biasa aku kunjungi tiap paginya. Sambil menunggu aku mengeluarkan rajutan syal yang belum sempat kuselesaikan, aku merajut syal tersebut sambil sesekali memperhatikan orang yang berlalu lalang, dari seberang jalan aku melihat seorang kakek tua yang sedang membawa bakul sayur dibahunya, tiba-tiba dari arah belakang ada motor yang melaju yang kemudian menyerempet kakek tersebut hingga kakek tersebut jatuh dan bakul sayurnya pun terhambur. Aku menoleh kearah dua lelaki di sebelahku, berharap mereka akan menolong kakek tersebut, tetapi mereka justru sibuk dengan handphone-nya, memilih untuk tidak peduli dan pura-pura tidak melihat, lalu aku melihat dua remaja puteri yang memakai seragam putih abu-abu hanya melihat kakek itu dengan iba. Aku memutuskan berdiri dan hendak menyebrang jalan untuk menolong kakek tersebut. Tapi belum sempat aku menyebrang, keluar seorang pria dari coffeshop yang ada di seberang jalan, coffeshop tersebut tepat berada di depan tempat kakek tersebut terjatuh. Segera ia berlutut dan membantu kakek itu berdiri tanpa memperdulikan setelan jas yang dipakainya akan kotor oleh tangan kakek tersebut ataupun aspal jalanan, kemudian dibantunya kakek tersebut memungut sayur-sayur yang telah bertebaran, bahkan sebagian sudah ada yang tidak berbentuk.
Tak lama kemudian bus yang sedari tadi kutunggu sudah datang, dua orang pria yang sedari tadi sibuk dengan handphone nya langsung segera naik disusul dua siswi seragam putih abu-abu, samar-samar dapat kudengar pembicaraan dua siswi tersebut yang dengan histeris membicarakan pria yang menolong kakek tersebut. Aku tetap diam di tempatku, enggan untuk menaiki bus yang sudah sejak 1 jam lalu kutunggu, Bahkan sampai bus itu menjauh dari halte aku tetap diam di tempat dan lebih tertarik memperhatikan lelaki tampan dengan setelan jas rapi itu yang kini telah mendudukan kakek tersebut di bangku cafe bagian luar. Lelaki tersebut tiba-tiba mendapatkan telpon, ia mengangkat telponnya dan mengobrol cukup lama sambil sesekali melihat jam tangannya. setelah menutup telponnya, lelaki tersebut memanggil pelayan cafe lalu memberikan pelayan tersebut sejumlah uang, pelayan tersebut mengangguk dan berlalu pergi. Lelaki tersebut kembali menghampiri kakek yang ditolongnya kemudian memberikan kakek tersebut beberapa nominal uang yang sempat ditolak kakek tersebut, tetapi lelaki tersebut bersikeras memberi kakek tersebut uang dengan menaruh uang tersebut di saku kemeja lusuh yang kakek tersebut kenakan.
Buru-buru lelaki tersebut menuju parkiran yang tidak jauh dari cafe tersebut, saat lelaki tersebut membuka pintu mobilnya, tidak sengaja tatapan matanya bertabrakan dengan mataku, memperegokiku yang sedari tadi memperhatikannya, aku sempat bingung harus bagaimana tapi dengan cepat aku memutuskan untuk tersenyum simpul sambil sedikit menganggukan kepala, yang kemudian dibalas oleh lelaki tersebut dengan hal yang sama, setelah itu ia masuk ke dalam mobilnya lalu melaju di jalan yang cukup lenggang
Tidak pernah kuduga bahwa pertemuan tersebut bukan merupakan pertemuan terakhir
To be continue.....
Komentar
Posting Komentar