Start to Wear It and Learn to Love It
Awal berjilbab? Tepat sebelum
masuk SMP
Awal pakai
jilbab pun belum sepenuhnya bisa konsisten, foto-foto di sosmed masih sering
tanpa jilbab, ke rumah tetangga ataupun ke warung dekat rumah masih dengan
santainya melepas jilbab, masih menganggap bahwa jilbab itu hanya alat untuk
menutup rambut, gak lebih. Tapi aku bersyukur karena aku termasuk dalam
perempuan yang memulai untuk berjilbab tanpa memikirkan banyak kekhawatiran. Kenapa
bisa dengan mudah memutuskan berjibab? Gak tau, Cuma tiba-tiba mau. Bahkan
samasekali gak berencana atau memasang target untuk berjilbab.
Berawal saat
membeli seragam SMP dan ditanya oleh penjaga toko mau seragam lengan panjang
atau pendek, tiba-tiba aja aku jawab lengan panjang. Mama sempat kaget dengan
jawabanku karena peraturan dari sekolah menetapkan yang mengenakan seragam
lengan panjang hanya siswi yang berjilbab. Mama mengkonfirmasi ulang pernyataanku
dan dengan yakinnya aku bilang “aku mau berjilbab aja ya ma”. Mama yang
notabennya adalah perempuan berjilbab pun senang dengan keputusan mendadaku,
tapi mama coba meyakinkan aku kembali bahwa berjilbab bukan perkara main-main.
Ketika aku sudah mengenakannya aku harus berjanji untuk menyukainya, jangan
sembarang lepas pasang.
Awal berjilbab
terasa gerah, itu jelas. T erus masih
sering sedih kalau liat tumpukan baju dan rok yang sudah gak bisa dipakai.
Masih sering ngomong “Kalau aku gak berjilbab pasti cocok pakai baju itu” atau
masih sering kurang percaya diri dengan bentuk wajah saat mengenakan jilbab. Masih
sering ngerasa kesal sendiri kalau gak ada jilbab yang matching sama baju . Hal
meyebalkan lainnya adalah saat habis keramas dan rambut belum sepenuhnya kering
tapi diharuskan keluar rumah.
Cobaan selama
menggunakan jilbab? Mulai TK aku sering diajarkan menari tradisional, Saat SMP
ada lomba tari skala nasional yang berkesempatan untuk lanjut ke skala
internasional. aku sempat mengikuti latihan nya selama 1 bulan, sampai akhirnya
ada kabar bahwa peserta tidak dapat menggunakan jilbab. Kecewa? Sangat. Berniat
untuk melepas jilbab untuk pentas? Ya. Tapi setelah aku pikir baik-baik, untuk
apa? Aku sedang dalam proses untuk konsisten mengenakan jilbab, gak mudah
mengumpulkan tekad dalam hal yang menyangkut prinsip tersebut. Sempat
menanyakan pendapat orangtua yang kemudian mereka jawab
“Ya sebenarnya simple, disaat ada sesuatu yang menghalangi kamu dalam menjalankan kebaikan, berarti hal itu tidak layak untuk kamu lakukan, secinta-cintanya kamu dengan hal itu. Tapi papa mama ngerti di usia kamu kayak gini masih banyak pengalaman dan pencapaian yang ingin kamu kejar. Kalau memang niatmu melepas jilbab hanya untuk pentas ini ya silahkan saja. Kembali lagi ke niatmu, kamu sudah bisa membedakan mana yang benar-benar baik dan bermanfaat untukmu dan mana yang tidak”.
Sampai akhirnya
aku memutuskan mengudurkan diri dari lomba itu. Nangis? Pasti. Menyesal? Gak.
Karena aku percaya akan ada kesempatan di lain waktu yang lebih baik. Gak bisa
dipungkiri juga adanya keterbatasan saat memilh tempat magang, beberapa
perusahaan besar lebih mengutamakan perempuan yang tidak mengenakan jilbab,
walaupun tetap banyak yang menerima kami dengan tangan terbuka. Tapi pembedaan
itu tetaplah terasa.
Semakin bertambah
usia aku semakin sadar kalau jilbab bukan hanya sebuah penutup rambut. Lebih
dari itu jilbab membuatmu terlihat lebih tertutup, lebih terlindungi, dan lebih
memiliki batasan-batasan. Jilbab tidak seketika menjadikanmu
perempuan sholehah tapi jilbab merupakan tanda bahwa kalian adalah seorang
muslimah, Masih banyak perempuan yang merasa dirinya pendosa sehingga
mereka merasa tidak pantas mengenakan jilbab padahal jilbab bukan tolak ukur
dari iman perempuan. bahkan di titik terendah iman kalian pun seharusnnya
seorang muslimah tetap mengenakan jilbab. Tidak ada
yang namanya menutup hati dahulu kemudian menutup rambut, omong Kosong. Justru
dengan menutup rambut terlebih dahulu InsyaAllah perlahan-lahan kalian bisa
belajar menutup aurat secara keseluruhan, lalu belajar memperbaiki diri agar
kepribadian kalian sesuai dengan busana yang kalian kenakan. Kewajiban menutup aurat dimulai ketika kita sudah baligh, bukan sudah baik.
Aku berharap
semoga perempuan-perempuan muslim bisa sadar dan lebih menghargai dirinya
dengan menggunakan jilbab secara konsisten. Tidak perlu menunggu akhlak mu baik
dulu untuk menggunakan jilbab, buatlah jilbab sebagai motivasi agar akhlakmu berubah
jadi baik. Jilbab bukan sebuah pilihan, jilbab adalah
sebuah keharusan. Start to wear it and learn to love it.
Kak kok ga pernah update lagi?
BalasHapusSorry lg banyak tugas dan banyak ide yg belum nemu cara finishing nya. Aku baru aja ngepost cerita baru, monggo di cek :)
Hapus