Yang Tak Tersampaikan
Dia mengirim pesan terakhir, tanpa memberi kesempatan untukku
membalasnya. Bukan karena dia sudah tak ingin mendengar, tapi karena memang
seharusnya seperti itu. Maka biarkan aku disini menceritakan semua yang tidak
dapat tersampaikan padanya.
Dia yang lebih khawatir bagaimana
aku akan menghadapi ini. Aku memang tidak pernah merasa sesakit ini untuk
menjalani keputusan yg telah disetujui bersama, tapi dia perlu yakin kepadaku
bahwa aku bisa mengatasi ini. Aku akan baik-baik saja dan sangat kuharapkan dia
juga begitu.
Dari dia aku belajar banyak hal,
salah satu pelajaran yang paling kusuka adalah bagaimana untuk lebih bisa
menghargai dan menikmati suatu proses. Ada rasa sayang yang tumbuh entah sejak
kapan dan membuatku tidak tau kapan harus melepaskan. Aku bingung apa yang
harus kulakukan, tapi justru dia yang membuka jalan untukku, membuka jalan
untuk aku sadar dan kembali kepada prinsipku.
Sekitar 450 menit setelah dia
mengirim pesan terakhirnya, samar-samar aku mendengar obrolannya dengan mamaku via
telpon, dia membuatku kembali dan kembali sayang dengan cara yang belum pernah orang
lain lakukukan. Tolong beritahu aku apakah aku berlebihan menangis untuk lelaki
sepertinya?
Konyolnya aku tidak pernah merasa
membuang waktuku karena pernah menangis untuknya. Aku tidak menyesal pernah
bersedih untuk orang seperti dia. Tapi aku berusaha keras untuk tidak lagi
bersedih karena tidak ingin bertingkah seolah hanya aku yang merasa susah, padahal
aku dan dia sama-sama sedang berjuang, dan masih sayang, dengan cara yang
berbeda dan dijalan kita masing-masing.
Aku ingin menyampaikan kepadanya
selamat bertemu di awal yang baru. Dengan kondisi yang lebih baik dan siap
untuk menjalani apa yang telah disepakati. Walaupun dengan hati yang belum
sepenuhnya tertata, tapi tidak masalah, aku sedang tidak ingin menata rapi
hatiku. Biarkan saja berantakan untuk sementara.
Sama halnya sepertiku, semoga dia
juga dapat menikmati proses merelekan ini sama seperti menikmati proses
menyayangi. Entah suatu saat diantara aku dan dia akan ada kata ‘kita’ atau
tidak, biarkan itu menjadi rahasia yang maha mengetahui mana yang terbaik bagi
umatnya. Karena Ia pula yang maha membolak balikan hati manusia.
Untuk kalian yang membaca ini,
bisakah membantuku menyampaikan kalimat ini kepadanya? “Ayo mulai dari awal, dengan aku dan kamu yang lebih baik dan dengan akhir yang lebih
baik, tidak sesendu akhir versi lama.”
Aku nyesal pernah baca ini.
BalasHapus