Selamat..... Ups

25 Desember 2017. Oke saya ingin berkisah dan berbagi pandangan saya perihal dilema mengucapkan "selamat natal"

Well, keluarga saya adalah yg menyakini kalau kami tidak perlu mengucapkan selamat kepada perayaan agama lain. Jangan tanya kenapa karena akan sangat panjang apabila dijelaskan. Apalagi akan sangat sulit dijelaskan kepada orang-orang yang merasa itu adalah diskriminasi kepada agama lain tanpa pernah benar-benar mencari tahu alasan dibalik adanya keyakinan tersebut.

Saya menolak untuk mengucapkan bukan berarti saya seorang muslim yang anti berinteraksi dengan pemeluk agama lain. Bukan pula saya muslim yang memandang agama lain itu sama sekali tidak ada benarnya. Saya merasa tidak merugikan siapapun pula apabila saya tidak mengucapkan kalimat tersebut.

Di Kalimantan, saya memiliki tetangga seberang rumah yg memeluk agama kristen. Tetangga itu adalah salah satu tetangga yg paling dekat dengan keluarga saya, apabila sedang bepergian keluarga tersebut yg bisa dititipi rumah sampai dengan hewan peliharaan. Intinya mereka itu salah satu tetangga yang bisa diandalkan dan dipercaya.

Saat idul fitri dan natal kami saling mengunjungi, tapi mereka tau bahwa keluarga kami tidak akan mengucapkan "selamat natal" dan mereka paham dan baik-baik saja dengan keyakinan kami. Tidak membuat kucing kesayangan saya tidak mereka kasih makan, tidak pula terjadi penolakan tak berdasar, tidak pula mereka menilai saya sebagai islam radikal, hmmm tidak berlebihan seperti komentar netizen di intenet perihal keyakinan mengucapkan selamat.

Nah loh, tapi bukannya munafik ya saya tidak mengucapkan secara lisan tapi datang ke acara natalnya? Hmmm serba salah, kalau saya tidak datang dibilang tidak sopan, kalau saya datang tapi tidak mengucapakan selamat juga dianggap munafik. Saya sih yakin tidak semua yang bisa dilihat dengan mata itu adalah yg bisa kita percaya, gampangnya adalah kalau saya sih kesitu karena menghargai kebahagiaan mereka, bukan ikut berbahagia atau ikut merayakan. Jadi sama seperti anda berada di tahap simpati, tidak sampai ke tahap empati. Anda hanya mengerti perasaan mereka tapi tidak sampai ke tahap ikut merasakan.

Please, jangan tanya bedanya menghargai kebahagiaan dengan ikut berbahagia. Akan banyak contoh yg bisa saya berikan untuk anda. Jangan tanya pula bedanya empati dan simpati, silahkan menjadi smart dengan memaksimalkan fitur 'pencarian' di smartphone kalian sendiri.

Jadi terlepas dari anda percaya bahwa kita boleh mengucapkan 'selamat natal' atau tidak, kembali ke keyakinan dan seberapa jauh anda mengulik dilema tersebut. Toh sebenarnya ini tidak perlu diributkan karena tidak ada kolerasinya orang muslim mengucapkan natal dengan kebahagiaan orang yg merayakan natal (ataukah ini bisa dijadikan judul skripsi? hmmm pemanfaatan yang bagus dari sebuah dilema)

Yang saya pahami dari adanya dilema ini adalah agama tidak selalu bisa dibaurkan dengan kehidupan sosial, walaupun agama saya mengajarkan keseimbangan Hablum Minannas (hubungan dengan manusia) dan Hablum Minallah (hubungan dengan Allah) tapi keduanya terkadanga memang harus dipisahkan, tanggung jawab kita di dunia dengan tanggung jawab kita di akhirat kelak (bagi yang meyakini adanya akhirat)

Dannn di akhir curahan pemikiran saya ini saya ingin mengucapkan selamat mencari kebenaran atas keyakinan kita saat ini :)

Komentar

Postingan Populer