Dongeng Bunga Matahari

“4 elemen utama arah mata angin adalah utara, timur, selatan, barat. Yang mana yang paling kau suka?”
“Sebelumnya aku menyukai timur, tapi sudah tidak lagi. Aku jauh lebih menyukai barat.”
“Kenapa?”
“Karena aku seperti bunga matahari.”
“Apa hubungannya bunga matahari dengan arah barat?”
“Biar kuceritakan kepadamu dongeng tentang bunga matahari, matahari, dan ufuk barat.”

Bunga matahari selalu tak sabar menunggu kabar ufuk timur, ufuk timur yang menjadi gerbang kehidupan baru dan ufuk timur yang menjadi pintu kedatangan matahari. Iya sang matahari, alasan mengapa bunga matahar selalui bersemangat menyambut pagi. Kemanapun matahari bergerak, maka bunga matahari akan mengejar kehangatannya. Seperti itulah hukum alam, selama bunga matahari belum sepenuhnya mekar maka ia ditakdirkan untuk bergantung kepada matahari, tapi tidak seharusnya untuk merasakan cinta.

Tapi tunggu dulu, selalu ada kisah cinta dalam sebuah kisah cinta. Sama halnya seperti bunga matahari, sang matahari setiap harinya tidak sabar untuk tenggelam dalam ketenangan malam, matahari terbit hanya untuk kembali pulang kepada malam, matahari yang angkuh bahkan rela redup dalam kepekatan malam. Itulah mengapa bunga matahari mulai merunduk ketika malam tiba, karena malam terlalu anggun untuk dilihat. Bunga matahari larut dalam kesedihannya, tidak pernah menyadari akan kehadiran ufuk barat.

Ufuk barat selalu menjadi saksi perpisahan alam, terutama saksi cinta senja kepada matahari. Senja memang tidak termasuk pemeran utama dalam dongeng ini, tapi senja terlalu indah untuk diacuhkan bukan? Sayang waktunya hanya sekejap, sama seperti kisahnya dalam dongeng ini dan sama seperti takdirnya untuk mengantar matahari yang dicintainya pergi ke dalam pelukan malam. Tapi senja beruntung, seisi alam semesta selalu memuja dan mengabadikan keindahannya dalam berbagai wadah memori.

Apabila langit senja yang indah saja tidak bisa mengalihkan perhatian matahari, lalu bagaimana dengan bunga matahari? Bunga yang hanya mekar untuk kemudian layu, yang berjumlah entah berapa banyak di alam semesta. Untuk berkhayal bersanding dengan matahari saja tidak mungkin, terlalu memalukan untuk bermimpi seperti itu.

Sampai akhirnya pada suatu sore yang tak biasa, senja enggan menampakan pesonanya, bunga matahari yang penasaran pun mencoba menengok sosok senja, dan disitulah pertama kalinya bunga matahari menyadari kehadiran ufuk barat yang menjadi tempat persembunyian senja. Ufuk barat memang tidak mencolok seperti matahari yang energik, malam yang misterius, dan senja yang memukau. Ufuk barat juga tidak menjanjikan harapan baru seperti ufuk timur. Tetapi ufuk barat selalu terasa seperti rumah. Barat tidak berpindah, tidak berubah, selalu ada untuk menjadi tempat istirahat bagi alam semesta.

Suatu saat, ketika bunga matahari sepenuhnya mekar maka ia akan mengingat jasa ufuk timur yang selalu membuatnya percaya pada awal yang baru, matahari yang pernah menjadikannya kuat, senja yang menunjukan hakikat keikhlasan, malam yang mengajarkannya rendah hati, dan kini bunga matahari berharap dapat mengenal ufuk barat lebih dalam. HIngga saatnya ia layu dan tak lagi indah, selalu ada ufuk barat yang mengantarkannya pada ketenangan. Sebuah akhir yang cukup indah untuk kisah cinta yang seharusnya tak boleh ada.


Komentar

  1. Ga salah berarti aku mau namai anakku Senja:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Senja memang selalu menciptakan inspirasi ;)

      Hapus
  2. Dalem ya, secara tidak langsung bisa di jadikan gambaran di kehidupan nyata. Keep it up!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai, jangan kapok untuk ngasih komentar di tulisan selanjutnya ya haha. Makasih sudah mampir ;)

      Hapus
  3. Aku suka senja, dan hujan mereka tampak indah jika bersanding, namun sayang, , senja hanya bertahan sebntar lalu hujan akan menghilang terbawa angin

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer