Kemerdekaan Perempuan (HUT RI 71)
Merdeka = bebas
Bebas
= Tanpa batasan?
Oke, dari awal saya ingatkan bahwa
saya bukan penggemar feminisme, tapi saya sangat menyukai semangat para feminis
dalam menuntut kesetaraan gender. Sayangnya kini banyak perempuan yang
menyuarakan kebebasan tapi gagal mempertanggung jawabkannya.
Bebas itu yang seperti apa?
Kebebasan yang memberikan manfaat untuk banyak orang ataukah hanya untuk
kepuasan pribadi agar diakui sebagai perempuan modern yang mandiri?
Bagaimana bila kebebasan membuatmu
bisa melakukan segala hal tanpa perlu memikirkan orang lain? Ganjil rasanya
mendengar perempuan yang berkata bahwa definisi bebas adalah yang tanpa batasan
Membuat saya bertanya apakah
batasan benar-benar suatu kendala? Kenapa perempuan harus takut dengan batasan?
Bagi saya justru batasan itulah yang menjaga perempuan.
Kebebasan adalah fasilitas, anda
bisa memilih melakukan apapun dengan kebebasan tersebut, tapi apabila kalian
tidak tahu cara menggunakannya dengan tepat, bagi saya kebebasan adalah cara
ternikmat untuk bunuh diri.
Maka jadilah perempuan yang bebas
dalam berfikir kemudian dapat bertindak, bukannya asal bebas bertindak tanpa
berfikir.
Kebebasan
= Keadilan
Keadilan
= kesetaraan?
Setara tidak sama dengan adil.
Setara = memberi porsi yang sama kepada setiap pihak. Adil = memberi porsi yang
berbeda sesuai kondisi dan kebutuhan masing-masing pihak.
Jadi mengapa saya bukan pengagum
feminisme? Karena mereka menekankan kesetaraan, sedangkan saya lebih pro kepada
keadilan. Apa ada yang bisa setara di dunia ini? laki-laki dan perempuan
memiliki kodrat, hak, dan kewajibannya masing-masing, tidak bisa disamaratakan.
Saya tidak menganggap feminisne sesuatu yang salah, hanya tidak sepaham dengan
saya.
Kepercayaan yang saya anut
menjadikan perempuan sebagai tiang agama, apabila perempuan rusak maka rusak
pula negaranya. Keistimewaan perempuan memang tidak terlihat sebagaimana
laki-laki mendapat pengakuan dari banyak orang.
Seringkali ketika memasuki fase
hidup baru (ex: berkeluarga) perempuan harus membunuh mimpinya atau beberapa
impian yang belum sempat dicapai. Itukah yang membuat perempuan merasa jadi
pihak yang mengalah dan dinomorduakan dalam berbagai urusan? Merasa terkekang
oleh kodratnya sendiri?
Tapi kenapa harus takut? Apabila
anda mengaku wanita bebas, maka ketika satu impian mati anda dapat memikirkan
alternatif impian lain yang dapat dikejar. Anda dapat bahagia dengan berbagai
cara, jadilah wanita bebas yang kreatif dan fleksibel bukan kebebasan yang
penuh ambisi dan mencekik secara perlahan
Jadi bagi saya, apabila kita masih
takut menjalani kodrat sebagai perempuan maka kita belum merdeka. Ketika kita
ingin bebas tetapi masih merasa norma adalah beban maka kita hanya terjebak
dalam definisi kebebasan. Ketika kita menuntut kesetaraan tapi masih ingin
diistimewakan sebagai perempuan maka kita sekedar mengikuti trend sebagai
perempuan bebas
Lalu merdeka menurut saya?
Ketika saya bisa melakukan sesuatu
yang saya inginkan diiringi batasan norma sebagai manusia serta kebebasan
yang saya lakukan dapat bermanfaat dan menjadi inspirasi banyak orang
Sekali lagi saya tegaskan bahwa
tulisan ini versi saya, versimu?
Ok mba, thanks infox
BalasHapusSama-sama mba :)))
HapusSetuju, kaum wanita sedari dulu, sudah diberikan kebebasan, tapi kebebasan menurut kodrat wanitanya. Sekarang banyak yg menuntut kesetaraan dengan laki2, salah satunya sebagai pemimpin.
BalasHapusPadahal setau saya, laki2 adalah pemimpin bagi para wanita. Mungkin, sekarang banyak wanita yg menuntut kesetaraan karena banyak kaum laki2 melakukan tindak kekerasan, zalim, dan merendahkan wanita pada masa ini. Waallahuallam.
Tapi bagimana menurut mu jika perempuan dipilh menjadi suatu pemimpin dari perkumpulan yang isinya terdapat para laki2?
Mantap tulisannya, terus berkarya!
Sekarang banyak sekali pemimpin wanita yang menjadi idola dan memiliki bakat kepemimpinan dan kinerja yang memang sangat baik
HapusTapi bila mereka terlalu diagungkan sebagai pemimpin, saya takut semakin banyak perempuan yang terlalu mandiri dan tinggi hati sehingga mengabaikan peran mereka sebagai 'tangan tangan' pria (yang seharusnya adalah pemimpin). Belum lagi beberapa pria yang menjadi semakin malas bekerja keras dan kurang tanggung jawab karena menganggap perempuan dapat menggantikan peran pria
Ketika masih ada pemimpin pria yang mampu tetapi yang dipilih adalah perempuan, menurut saya itu sudah menyalahi keyakinan yang saya anut. Tapi kembali lagi mengingat kita hidup di negara demokratis. Demokratis = keputusan rakyat maka sehebat apapun negara apabila rakyatnya tidak cerdas demokrasi hanya akan menjadi malapetaka
Terimakasih sudah membaca dan merespon baik tulisan saya
Merdeka itu ketika hati perempuan tidak dijajah oleh laki2 kemarin sore dan juga tidak oleh ' pikiran mereka sendiri'
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus